Siapa
yang ngga tau Gunung Merapi? Maka hidupnya kurang (piknik) mendaki. Hehe piss...
Bila
mendengar Gunung Merapi, apa yang anda pikirkan? Mbah maridjan, Mak lampir,
letusan dahsyat atau yang lainnya. Kalau gw sih mikirin kenapa gw belum kerja,
kerja, dan kerja kaya yang di bilang Pak Dhe, eeh malah curhat lagi. hehe
Baiklah
pemirsa yang ngga suka baper. Ini adalah sebuah catatan tentang salah satu gunung
terindah di Jawa Tengah. Sebenernya gw males ngetik, tapi apa daya gw harus
menyelesaikan catatan ini dalam jangka waktu yang singkat. Mari ikuti perjalanan imi dalam episode ke VI.
Nama
gw imi dan temen gw namanya Walled. Kita berdua sudah berteman sejak kecil. Udah
segitu aja perkenalannya, bila ingin kepo-in kita berdua silahkan, mumpung kita
masih single bukan jomblo loh.
Semenjak tahun kemarin gw udah menemukan (kekasih) hobi baru gw, naik-turun gunung. Sering posting foto juga di sosmed tentang perjalanan gw naik-turun gunung. Mungkin karena itu, temen gw yang udah gw sebut namanya di atas ngajak gw buat naik-turun gunung. Posisi gw saat itu lagi kuliah di Semarang dan si Walled kerja di Ibukota. Dan si walled ngajaknya ke Gunung yang ada di Jawa Tengah.
Semenjak tahun kemarin gw udah menemukan (kekasih) hobi baru gw, naik-turun gunung. Sering posting foto juga di sosmed tentang perjalanan gw naik-turun gunung. Mungkin karena itu, temen gw yang udah gw sebut namanya di atas ngajak gw buat naik-turun gunung. Posisi gw saat itu lagi kuliah di Semarang dan si Walled kerja di Ibukota. Dan si walled ngajaknya ke Gunung yang ada di Jawa Tengah.
Well,
gw bilang ke Semarang aja, biar deket dari posisi kos gw. Terus selanjutnya si
Walled berangkat dari Jakarta ke rumahnya dulu, terus besoknya langsung ke
Semarang. Saran gw pake kereta aja kalau kesini. Setelah itu gw jemput dia di
Stasiun Poncol, terus lanjut ke kos gw.
Selama beberapa hari, kita melakukan persiapan untuk melakukan pendakian ini. Mulai dari sewa-menyewa alat kaya kompor dan tenda. Sebab dulu kita belum punya itu, kalau sekarang mah udah lengkap semuanya.
Selama beberapa hari, kita melakukan persiapan untuk melakukan pendakian ini. Mulai dari sewa-menyewa alat kaya kompor dan tenda. Sebab dulu kita belum punya itu, kalau sekarang mah udah lengkap semuanya.
Untuk tenda sendiri, kita dapet yang ngga sesuai ukuran,
sebab adanya yang kapasitas 4/5 orang, sedangkan kita cuma berdua doang. Kita udah
nyari kesana kemari ngga dapet juga tenda yang buat kapasitas 2/3 orang, ya
udah kita pikir ngga papa. Tidak luput persiapan fisik dan mental yang udah
dilatih beberapa hari sebelumnya.
Pagi
hari ini kita berdua akan berangkat dari Semarang menuju basecamp Gunung ini,
bukan gunung itu.
Sebelumnya gw
pernah ke kota ini, jadi ngga terlalu bingung pas dijalannya. Maklum selama
kuliah dasar hobi gw yaitu traveling, mau kemana aja hayooh, selama ada tujuan
mah. Asal jangan tanya nama jalan aja, gw sering lupa. Hehe
Basecamp
di Gunung ini bersih dan nyaman. Kita berdua langsung nyelonong aja langsung
naik ke Gunung. Jalur pendakian menuju Pos 1 masih belum terlalu berat atau
masih landai, tanjakannya belum mencapai 78 derajat, agak berdebu, juga bikin
nafas ngoss-ngossan.
Hamparan hutan yang asri menjadi penyejuk gw dan Walled dari
terpaan sinar matahari. Udaranya juga bersih nggak kaya di kota-kota besar.
Pun, cuaca seperti bersahabat dengan kita. Selama menuju Pos 1, kita bertemu
pendaki lain juga yang lagi ngoss-ngossan membawa tas gede kaya kita. Waktu
yang kita butuhkan untuk mencapai Pos 1 sekitar 2 jam 30 menit lebih.
Pos
2. Gw sama Walled memilih beristirahat dulu disini. Menikmati semilir angin
yang sepoi-sepoi. Kata orang-orang dulu, kalau kita masuk daerah hutan jangan
ngomong yang ngga pantes atau istilahnya jangan ngomong sembarangan. Sebab kita
ngga tahu ada siapa yang memperhatikan kita, selain itu kita juga harus menjaga
tata krama dan tingkah laku. Selesai istirahat di Pos 2, kita berdua lanjut
lagi jalan kaki menuju Pos 3.
Fyi, gunung disini ngga ada ojek kaya di Gunung Sumbing, sebab basecamp disini
langsung berbatasan dengan hutan dan kebanyakan hutan karet, pinus dlsb. Waktu
yang kita tempuh sekitar 40 menit lebih.
Sabana
1. Menuju sini kita masih disuguhkan dengan trek tanah dan hamparan pohon-pohon
yang menjulang tinggi, dengan disebelah kanannya terdapat jurang. Mesti
hati-hati untuk melewatinya agar ngga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pasokan air yang kita bawa pun terus berkurang, maklum kita berdua memerlukannya untuk menambah energi selama pendakian ini, diselingi dengan madu sachet juga. Beberapa kali kita istirahat untuk mengatur napas untuk menuju Sabana 1.
Pasokan air yang kita bawa pun terus berkurang, maklum kita berdua memerlukannya untuk menambah energi selama pendakian ini, diselingi dengan madu sachet juga. Beberapa kali kita istirahat untuk mengatur napas untuk menuju Sabana 1.
Terasa
aura dingin mulai menghampiri pas di Sabana 1. Kita pun melihat lapangan luas
yang menjadi tempat camp. Pohon edelweis juga banyak disini, tapi masih belum
berbunga mekar. Gw pun takjub melihat bunga ini, pengen sekali dibawa ke rumah,
tapi gw harus mematuhi aturan pendakian bahwa tidak boleh memetik bunga
edelweis.
Kalau ada pendaki yang memetik bunga ini, bisa disebut dia bukan pendaki sejati alias amatiran, wong sudah jelas itu dilarang. Waktu tempuh yang kita tempuh dari Pos 2 ke Sabana 1 sekitar 2 jam 30 menit lebih.
Kalau ada pendaki yang memetik bunga ini, bisa disebut dia bukan pendaki sejati alias amatiran, wong sudah jelas itu dilarang. Waktu tempuh yang kita tempuh dari Pos 2 ke Sabana 1 sekitar 2 jam 30 menit lebih.
Pos
3. Selama kita istirahat di Sabana 1, gw sama Walled liat trek pendakian menuju
Pos 3 cukup terjal. Pas gw kesana sinar matahari mulai meredup dan cuaca mulai
dingin. Pemandangan dijalur menuju Pos 3 sangat luar biasa indahnya, gw bisa
liat lapangan luas di Sabana 1 yang tadi dilewati.
Berhubung memasuki musim kemarau, jalur ini cukup berdebu. Butuh waktu sekitar 45 menit menuju Pos 3 ini. gw dan Walled berencana untuk camp di Sabana 2.
Berhubung memasuki musim kemarau, jalur ini cukup berdebu. Butuh waktu sekitar 45 menit menuju Pos 3 ini. gw dan Walled berencana untuk camp di Sabana 2.
Sabana
2. Trek menuju Sabana 2 cukup terjal juga, harus berhati-hati agar tidak
tergelincir ke bawah. Tidak lupa, pohon dan bunga edelweis menjadi teman
perjalanan gw menuju Sabana 2. Kondisi tubuh gw mulai terasa lemas saat itu,
keringat mulai mengalir walaupun cuaca cukup dingin dan angin yang cukup
kencang.
Gw bilang ke Walled kalau di Sabana 2, lapangannya sangat luas, nanti cari tempat yang bagus biar tendanya aman dari terpaan angin yang cukup kencang. Butuh waktu sekitar 45 menit gw dan Walled ke Sabana 2.
Gw bilang ke Walled kalau di Sabana 2, lapangannya sangat luas, nanti cari tempat yang bagus biar tendanya aman dari terpaan angin yang cukup kencang. Butuh waktu sekitar 45 menit gw dan Walled ke Sabana 2.
Camp.
Nyampe di Sabana 2 udah sore menjelang malam. Gw disini ngga liat siapa-siapa
selain temen gw, Walled. Suasana tampak sepi sekali tidak seperti biasanya. Ngga
ada orang atau tenda yang dipasang disini. Gw juga heran, padahal disini tempat
favorit buat camp.
Ditambah lagi pas gw kesini itu bukan weekend, dimana weekend adalah waktu yang cocok buat naik-turun gunung katanya. Tapi bagi gw sama Walled itu berbeda 171 %, kita itu kalau mau naik-turun gunung bisa kapan aja, ngga harus weekend. Asal hal-hal penting itu ada, seperti sehat jasmani dan rohani, juga stok “lembaran kertas” yang cukup, you know lah.hehe
Ditambah lagi pas gw kesini itu bukan weekend, dimana weekend adalah waktu yang cocok buat naik-turun gunung katanya. Tapi bagi gw sama Walled itu berbeda 171 %, kita itu kalau mau naik-turun gunung bisa kapan aja, ngga harus weekend. Asal hal-hal penting itu ada, seperti sehat jasmani dan rohani, juga stok “lembaran kertas” yang cukup, you know lah.hehe
Setelah
istirahat, gw sama walled mau memasang tenda. Tapi yang terjadi adalah tenda
kita ngga bisa berdiri, anginnya kencang sekali. Untuk memasang tenda juga kita
kerepotan sekali, apalagi posisi kita hanya berdua doang, ditambah dinginnya
yang menusuk tulang.
Setelah
beberapa lama, gw hampir frustasi karena tendanya belum bisa berdiri juga.
Beruntunglah gw ketemu 3 pendaki lain yang habis dari Puncak Gunung ini. Gw pun
minta tolong sama mereka buat pasang tenda. Padahal kalau cuacanya bagus mah,
kita juga sanggup pasang tenda, tapi kali ini berbeda.
Akhirnya pendaki itu membantu kita memasang tenda. Dan beruntungnya lagi pendaki itu orang Jawa Barat yang berbahasa sunda. Jadinya ngga kaku kalau ngobrol, sebab gw terlahir di lingkungan orang sunda.
Akhirnya pendaki itu membantu kita memasang tenda. Dan beruntungnya lagi pendaki itu orang Jawa Barat yang berbahasa sunda. Jadinya ngga kaku kalau ngobrol, sebab gw terlahir di lingkungan orang sunda.
Camp.
gw langsung bilang hatur nuhun pisan lur
(sunda) ke temen pendaki yang udah bantuin pasang tenda tadi. Gw sebenernya ngajak
mereka bertiga buat gabung, tapi mereka bilang mau langsung ke basecamp aja,
terus lanjut ke Gunung sebelah. Gw sama Walled langsung masuk tenda dan
memasukan perbekalan yang dibawa, lanjut masak.
Ketika perut sudah kenyang, gw dan Walled langsung tidur. Padahal baru jam 2000 malem. Jujur aja gw ngeri liat kondisi diluar. Suasana yang sangat sepi ditambah angin yang sangat kencang menambah kengerian saat gw di Sabana 2.
Ketika perut sudah kenyang, gw dan Walled langsung tidur. Padahal baru jam 2000 malem. Jujur aja gw ngeri liat kondisi diluar. Suasana yang sangat sepi ditambah angin yang sangat kencang menambah kengerian saat gw di Sabana 2.
Badai
angin. Tidur pun tak nyenyak, gw alami sepanjang malam. Gw denger sendiri suara
angin begitu ganas menerpa tenda. Dinginnya begitu terasa sampe ke badan,
apalagi kita hanya berdua saja di area Sabana 2 ini. Gw merasakan badai angin
sedang berlangsung, gw baru pertama kali bertemu angin yang seperti ini.
Suara angin itu seperti suara Singa yang sedang mengaung di hutan dengan mata melotot. Badai angin ini menimbulkan cuaca yang sangat dingin melebihi badai hujan. Ditambah lagi tenda yang kita sewa itu untuk kapasitas 4/5 orang. Tapi kita pake hanya untuk berdua saja.
Suara angin itu seperti suara Singa yang sedang mengaung di hutan dengan mata melotot. Badai angin ini menimbulkan cuaca yang sangat dingin melebihi badai hujan. Ditambah lagi tenda yang kita sewa itu untuk kapasitas 4/5 orang. Tapi kita pake hanya untuk berdua saja.
Menjelang
dini hari gw seperti mendengar suara orang yang lewat, mereka pun memberi salam
pada kita berdua yang sedang setengah tidur dalam tenda. Kita berdua ngga
jawab, soalnya kondisi saat itu gw masih kurang sadar. Mungkin mereka akan
melakukan summit ke Puncak Gunung ini.
Kita
baru bangun sekitar pukul 0630. Ketika gw keluar kondisi di Sabana 2 masih sama,
sepi. Walled pun langsung masak air, terus bikin kopi dan kita nikmati pagi ini
dengan suasana yang ngga karuan. Gw bilang ini adalah momen paling aneh,
soalnya kita seperti ada di sebuah taman yang sangat eksotis tapi hanya ada gw
sama Walled doang.
Gw lihat panorama sabana ini masih saja menampilkan
pesonanya. Terus Walled bilang ke gw bahwa layer tenda kita semalem itu lepas
dari pasaknya, bisa disebut terbang dari tempatnya. Padahal pas semalem kaitan
layernya udah terpasang dengan kuat dengan pasak.
Terus dia juga bilang semalem ada yang benerin layer tenda ini, soalnya posisinya berbeda dari yang semalan kita pasang. Walled juga bilang tendanya hampir roboh di terpa badai angin semalem.
Terus dia juga bilang semalem ada yang benerin layer tenda ini, soalnya posisinya berbeda dari yang semalan kita pasang. Walled juga bilang tendanya hampir roboh di terpa badai angin semalem.
sepinya sabana 2 |
Gw
sama Walled hanya bermain-main di area Sabana 2 ini. Pikiran kita sepertinya
ngga memaksakan diri untuk lanjut ke Puncak. Juga, kondisi tubuh yang masih
terasa cape.
Disini gw hanya bertemu beberapa pendaki saja yang lewat. Mereka pun bilang badai angin semalem sangat dahsyat. Apalagi posisi mereka pas mau naik ke Puncak.
Disini gw hanya bertemu beberapa pendaki saja yang lewat. Mereka pun bilang badai angin semalem sangat dahsyat. Apalagi posisi mereka pas mau naik ke Puncak.
Di sabana 2 |
Setelah
agak siang, kabut mulai silih berganti menyelimuti area Sabana 2. Kita
memutuskan untuk mengemas barang2 dan turun ke basecamp. butuh waktu sekitar 3
jam untuk sampe di basecamp. Kita istirahat dulu sebelum pulang ke Semarang.
Oia,
pas kemarin nyampe basecamp gw sama Walled kan nyelonong aja langsung melakukan
pendakian. Nah, pas mau pulang kita baru registrasi+pembayaran kaya parkir
motor. Gw lupa melakukan itu pas mau melakukan pendakian. Padahal sebelum
mendaki, kita wajib melapor dulu di basecamp, biar ga dinamai pendaki illegal.
Ini sebagai pelajaran aja bagi gw dan Walled, agar nantinya harus taat dengan peraturan dalam melakukan pendakian selanjutnya.
Ini sebagai pelajaran aja bagi gw dan Walled, agar nantinya harus taat dengan peraturan dalam melakukan pendakian selanjutnya.
Setelah
beres urusan di basecamp, gw sama Walled langsung balik lagi ke Semarang,
tepatnya ke kos gw. Sejak gw sama Walled naik-turun gunung ini, akhirnya Walled
ketagihan naik-turun gunung juga, kalau gw mah udah dari tahun kemarin
ketagihannya. hehe.
Pada episode selanjutnya perjalanan imi akan menceritakan petualangan ke gunung lainnya bersama imi dan Walled, mungkin juga teman yang lainnya.
Pada episode selanjutnya perjalanan imi akan menceritakan petualangan ke gunung lainnya bersama imi dan Walled, mungkin juga teman yang lainnya.
Latar belakang tempat dan waktu :
Gunung Merbabu via Selo, Boyolali, Jawa
Tengah.
11-12 Mei 2015.
Catatan Perjalanan imi.
Silahkan
kunjungi juga cerita-cerita di Perjalanan imi ke berbagai Gunung dan Juga Curug disini
dan disini.
See you on the next adventures and thank you for reading...
See you on the next adventures and thank you for reading...
Karena Sepi Terdapat Banyak Inspirasi.
Salam Lestari !!!
imi dan Walled
Belum ada tanggapan untuk "Awas Badai Angin! Kejadian nyata di Gunung ini "
Post a Comment