Aku mencoba berdiri diantara kosakata kata yang memojokkanku
untuk menjadi seperti orang lain. Ambisi demi ambisi terukir setiap aku membuka
kenyataan yang baru kulihat. Namun arah angin terus mengalihkannya. Bisakah aku
berdiri sendiri dan berbeda dengan lainnya?
Setiap manusia terlahir dengan misi yang berbeda. Tapi misi
itu masih sebuah misteri. Aku harus memecahkannya sendiri atau aku akan
terhanyut dalam gelombang misi orang lain. Adakalanya juga aku terjebak dalam
opini semu yang bisa menjerumuskan. Aku adalah pemecah misteri itu.
Keunikan menjadi pembeda. Aku bukan seorang yang pandai
bersilat lidah demi mencapai kehebatan. Bisa saja aku bekelit demi mendapatkan
kebanggan semu. Itu bukan karakterku, itu bukan keunikanku. Aku sedang mencari pembeda.
Aku adalah eksistensi tanpa eksistensi. Mengapa demi mencari
sebuah kebenaran harus ada sebuah pengorbanan? Itulah mengapa aku masih menjadi
manusia aneh yang tak tau pengorban seperti apa yang sudah kulakukan. Apalagi jika
pengorbanan itu membawaku dalam kebimbangan. Aku berpikir aku seperti bayangan.
Sedikit saja ku bergeser dari ranah pikiranku, mungkin aku
akan menjadi manusia dengan pengetahuan baru. Tiap detik ku menatap pengetahuan
baru di sekitarku. Apakah itu akan merubahku menjadi manusia baru juga?
Aku terseret dalam aliran yang hening. Aku butuh sedikit
tantangan untuk melemaskan otakku berpikir. Namun kenyataan tak seperti yang
kuinginkan. Pernah ku berpikir untuk masuk ke dalam ruang yang luas tanpa sekat
atau batas. Namun aku harus ingat aturan di setiap hayatku.
Hari demi hari kucurahkan seluruh ragaku untuk menempa
kerasnya hidup. Bagianku masih saja sedikit tak juga bertambah. Ku lihat ke
bawah dan aku tersadarkan olehnya. Disaat seperti itu, mataku ingin sekali
meneteskan air mata, namun hatiku sudah menangis terlebih dahulu. Aku harus
membuat perubahan.
Kerikil yang menghalangi langkahku masih berserakan. Mungkin
setiap detik aku akan semakin menua dan menjadi tak berdaya. Bisakan aku bercerita
pada penerusku tentang aku dulu dan karyaku. Aku tak tahu.
Sudah jengah aku bersentuhan dengan kehidupan normal menurut
manusia normal. Manusia seperti apa diriku? Sudah berbulan-bulan menyentuh
kertas yang akan menjadi sampah dan terbuang dan terbakar api kemunafikan.
Pola pikirku berbeda. Bila manusia normal mempunyai fase
berurut, namun aku punya fase teracak dan tak mudah ditebak. Fase itu membuatku
menjadi manusia dengan pola pikir yang berbeda. Apa kalian percaya? Jika tidak,
dekati saja aku dengan sentuhan pikiran yang tak normal.
Saat ini kabarku baik-baik saja. Entah esok hari kabarku
menjadi apa? Namun aku yakin akan menjadi manusia dengan sebuah karya yang
dapat mengubah pola pikir jutaan manusia normal. Apakah ambisiku normal atau
kalian yang berpikir normal?
Sumber foto: google image
thank ncie infonya, silahkan kunjungi kami http://bit.ly/2QT64Kk
ReplyDeleteterima kasih gan..otw
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete