Atau awan yang mendung,
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita tak akan pernah kehilangan apa-apa.
(Soe Hok Gie, 11 November 1969)
Semarang, 10 Mei 2014
Sebulan setelah megikuti pendakian (massal) kedua ke Gunung Lawu. Saya semakin penasaran dengan gunung-gunung lainnya. Kesempatan untuk mendaki semakin lebar, ketika temen-temen sepakat untuk itu. Keraguan seakan hilang saat semua persiapan dan kebutuhan mendaki telah ada didalam tas gunung. Yups, kami sudah packing dan siap memulai petualangan. Here we go...
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB, kesebelasan pendaki gunung siap berangkat menuju basecamp Gunung Sumbing, Garung. Niat untuk mencicipi indahnya puncak gunung sudah 100% dibenak kami. Setelah beberapa hari lalu kami merencakanannya dengan persiapan yang matang. Sampai pada malam ini kami harus berkendara sekitar 3 (tiga) jam dari Semarang ke Garung (basecamp sumbing), Temanggung. Perjalanan yang cukup melelahkan.
Tiba di basecamp kami langsung malakukan registrasi untuk pendakian esok pagi. Saat itu kalau tidak salah ingat, biaya registrasi sekitar Rp. 8.000 dan parkir motor Rp. 3.000/motor. Ada dua jalur disini yaitu jalur lama dan jalur baru. Kami sepakat untuk memilih jalur lama untuk pendakian besok.
Tiba di basecamp kami langsung malakukan registrasi untuk pendakian esok pagi. Saat itu kalau tidak salah ingat, biaya registrasi sekitar Rp. 8.000 dan parkir motor Rp. 3.000/motor. Ada dua jalur disini yaitu jalur lama dan jalur baru. Kami sepakat untuk memilih jalur lama untuk pendakian besok.
Basecamp Sumbing; Garung, 11 Mei 2014
Sekitar pukul 01.00 kami istirahat di basecamp. Pukul 05.00 pagi hari kami terbangun dengan suasana yang lebih dingin. Cukup banyak pendaki yang beristirahat di basecamp, itu terlihat di sekeliling kami para pendaki yang lain yang masih tidur ataupun yang sudah terbangun.
Saling tersenyum dan menyapa dengan pendaki yang lain memberikan suasana hangat pagi itu. Bercengkrama sudah menjadi hal wajib antar pendaki. Namun untuk semakin hangat kami siasati dengan meminum teh panas ataupun kopi panas. Jelas itu menambah suasana menjadi berwarna untuk menyambut pagi.
Saling tersenyum dan menyapa dengan pendaki yang lain memberikan suasana hangat pagi itu. Bercengkrama sudah menjadi hal wajib antar pendaki. Namun untuk semakin hangat kami siasati dengan meminum teh panas ataupun kopi panas. Jelas itu menambah suasana menjadi berwarna untuk menyambut pagi.
sumber foto ini: arsiyawenty.wordpress.com |
Setelah sarapan pagi dengan memesan makanan dan minuman di basecamp, kami pun melangkah ke luar sekitar basecamp. Dua gunung kembar (sumbing-sindoro) seolah penampakan yang luar biasa indahnya. Karya lukisan alam yang mengagumkan tercipta oleh Yang Maha Kuasa.
Kami pun tak lupa untuk mengabadikan sebagai buah kenangan nanti. Setidaknya kami pernah menjajaki tanah yang subur ini. Semilir angin tidak terlalu kencang, namun mentari pagi memberi sinar kehangatan pada setiap jengkal kulit pada tubuh ini. Senandung lirih tentang gunung kembar itu tak dapat terucapkan karena begitu indah dan sempurna.
Kami pun tak lupa untuk mengabadikan sebagai buah kenangan nanti. Setidaknya kami pernah menjajaki tanah yang subur ini. Semilir angin tidak terlalu kencang, namun mentari pagi memberi sinar kehangatan pada setiap jengkal kulit pada tubuh ini. Senandung lirih tentang gunung kembar itu tak dapat terucapkan karena begitu indah dan sempurna.
Sekitar pukul 07.00 lebih kami memulai pendakian. Tidak lupa berdoa dahulu agar diberi kelancaran dalam pendakian dan pulang dengan selamat. Trek bebatuan rapi namun menanjak melewati pemukiman warga sekitar basecamp kami lalui. Menyapa warga yang akan beraktivitas di ladang menjadi sebuat penyemangat tersendiri.
Sangat ramah dan bersahaja terlihat dari senyum warga yang begitu ikhlas. Seolah senyuman warga mengurangi beban yang ada dipundak kami. Pundak yang membawa semua perbekalan selama pendakian menuju puncak gunung sumbing. Menurut informasi dari bapak penjaga basecamp, bahwa untuk menuju Pos 1, jalurnya berbatu rapi dan akan melewati pemukiman warga dan perkebunan.
Sangat ramah dan bersahaja terlihat dari senyum warga yang begitu ikhlas. Seolah senyuman warga mengurangi beban yang ada dipundak kami. Pundak yang membawa semua perbekalan selama pendakian menuju puncak gunung sumbing. Menurut informasi dari bapak penjaga basecamp, bahwa untuk menuju Pos 1, jalurnya berbatu rapi dan akan melewati pemukiman warga dan perkebunan.
Baru 1 jam berjalan dari basecamp, kaki mulai terasa lelah. Mentari pagi ini cukup menghasilkan banyak keringat. Napas mulai mendesah tak beraturan meminta waktu untuk istirahat. Dengan satu isyarat kami semua berhenti dalam titik dimana kaki tak melangkah lagi. Ini adalah satu tanda bahwa tubuh butuh istirahat dan butuh cairan tambahan.
Seteguk demi seteguh air mengalir deras melewati kerongkongan. Sembari menunggu aba-aba dari tubuh ini, kami bercengkrama untuk melepas lelah. Walaupun lelah namun keindahan alam membawa angin segar pada raga ini. Setelah istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan kembali.
Seteguk demi seteguh air mengalir deras melewati kerongkongan. Sembari menunggu aba-aba dari tubuh ini, kami bercengkrama untuk melepas lelah. Walaupun lelah namun keindahan alam membawa angin segar pada raga ini. Setelah istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan kembali.
bila lelah, istirahatlah |
Fyi, dari sekian gunung yang pernah kami singgahi, baru kali ini menemukan sebuah tantangan baru. Tantangan dimana untuk mencapai puncak kita hanya sedikit menemukan sebuah bonus. Sebuah bonus dalam arti trek menuju arah puncak yang terus menanjak.
Mulai dari basecamp sampai puncak, jalur menanjak dan menanjak dengan sedikit jalur datar atau turunan. Inilah keunikan gunung sumbing via Garung. Dan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi petualangan sejati.
Mulai dari basecamp sampai puncak, jalur menanjak dan menanjak dengan sedikit jalur datar atau turunan. Inilah keunikan gunung sumbing via Garung. Dan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi petualangan sejati.
Selangkah demi selangkah kaki mulai bergerak ke depan. Kesebelasan pendaki seperti menemukan energi baru, setelah melihat perkebunan yang indah di sekitar jalur pendakian. Saya sangat terpukau dan bangga kepada para petani disini.
Mereka seolah tak pernah lelah untuk memanfaatkan Sumber Daya Alam sebagai mata pencahariannya. Saya sangat yakin bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDA. Sebuah anugerah Tuhan yang harus di optimalkan demi kesejahteraan rakyatnya.
Mereka seolah tak pernah lelah untuk memanfaatkan Sumber Daya Alam sebagai mata pencahariannya. Saya sangat yakin bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDA. Sebuah anugerah Tuhan yang harus di optimalkan demi kesejahteraan rakyatnya.
Jejak kami terhenti ketika melihat ada beberapa warga yang berkumpul di sebuah gubuk. Saya pun penasaran dan menyapa mereka. Dengan menggunakan bahasa Jawa seadanya, saya menemukan jawaban. Bahwa gubuk disini adalah Pos 1 dan warga disini juga menyediakan ojek dari dan menuju basecamp. Tarif yang mereka patok sekitar Rp. 15.000 kalau tidak salah ingat.
Dan disekitar Pos 1 juga terdapat sumber mata air, namun sayangnya pada bulan Mei curah hujan disini kurang karena akan memasuki musim kemarau. Maka berimbas pada keringnya mata air tersebut. Setelah pamit pada warga yang menyediakan jasa ojek tadi, kami melanjutkan lagi ke Pos 2.
Sepanjang perjalanan, jalur masih menanjak dan jalan setapak berupa tanah. Pepohonan pun seakan menyelimuti kami dari teriknya matahari. Sesampainya di Pos 2, kami istirahat sebentar atau dalam bahasa Jawa campuran “liren sedelat”.
Dan disekitar Pos 1 juga terdapat sumber mata air, namun sayangnya pada bulan Mei curah hujan disini kurang karena akan memasuki musim kemarau. Maka berimbas pada keringnya mata air tersebut. Setelah pamit pada warga yang menyediakan jasa ojek tadi, kami melanjutkan lagi ke Pos 2.
Sepanjang perjalanan, jalur masih menanjak dan jalan setapak berupa tanah. Pepohonan pun seakan menyelimuti kami dari teriknya matahari. Sesampainya di Pos 2, kami istirahat sebentar atau dalam bahasa Jawa campuran “liren sedelat”.
Baru dari Pos 2 ke Pos 3, jalur mulai semakin menanjak dengan variasi trek; berbatu dan tanah. Seolah napas mulai mencari ritme yang pas untuk melangkah. Diantara kami sudah pastinya mempunyai stamina yang berbeda-beda.
Jadi jarak kami mulai terpisah, namun tetap tidak harus sendirian, itu semua agar keselamatan kami terjaga. Saya bersama dua temen berjalan paling depan dan untuk memastikan keadaan temen yang di belakang, kita sepakat untuk bersiul untuk mengetahui keberadaan mereka.
Sebelum pos 3 terdapat tempat yang agak luas yang juga bisa untuk mendirikan tenda. Saya dan kedua temen memutuskan untuk menunggu temen yang ada dibelakang. Selagi menunggu, saya sempet tertidur sebentar untuk melepas lelah yang mulai hinggap.
Cuaca mulai terasa dingin khas pegunungan, dibalut dengan kabut tebal mulai menyelimuti kami. Setelah kesebelasan pendaki sudah lengkap, kami mulai melanjutkan perjalanan yang sepertinya semakin menanjak dan terjal dari sebelumnya.
Jadi jarak kami mulai terpisah, namun tetap tidak harus sendirian, itu semua agar keselamatan kami terjaga. Saya bersama dua temen berjalan paling depan dan untuk memastikan keadaan temen yang di belakang, kita sepakat untuk bersiul untuk mengetahui keberadaan mereka.
Sebelum pos 3 terdapat tempat yang agak luas yang juga bisa untuk mendirikan tenda. Saya dan kedua temen memutuskan untuk menunggu temen yang ada dibelakang. Selagi menunggu, saya sempet tertidur sebentar untuk melepas lelah yang mulai hinggap.
Cuaca mulai terasa dingin khas pegunungan, dibalut dengan kabut tebal mulai menyelimuti kami. Setelah kesebelasan pendaki sudah lengkap, kami mulai melanjutkan perjalanan yang sepertinya semakin menanjak dan terjal dari sebelumnya.
Sampai di Pos 3 (Pestan) pada ketinggian 2437 DPL, kami mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Disini pepohonan tinggi kaya pinus jarang tumbuh cuma kebanyakan “petey selong” kalau orang sunda bilang. Sementara kerikil dan tanah kering menyatu dengan rumput hijau menghiasi disekitar Pestan.
Pemandangan gunung Sindoro juga terhalang oleh kabut yang semakin pekat. Ketika tempat untuk mendirikan tenda sudah ditemukan, kami segera memasang dua tenda untuk kesebelasan pendaki.
Pemandangan gunung Sindoro juga terhalang oleh kabut yang semakin pekat. Ketika tempat untuk mendirikan tenda sudah ditemukan, kami segera memasang dua tenda untuk kesebelasan pendaki.
Camp di Pestan |
Acara kami setelah dua tenda terpasang dengan aman yaitu mengeluarkan barang-barang yang kami bawa untuk dipilah dan dipilih sesuai kegunaanya. Berhubung perut kami sudah mulai lapar. Dan momen yang ditunggu-tunggu oleh setiap para pendaki yaitu memasak.
Ya, kami dengan segera menyiapakan alat dan bahan untuk memasak. Beberapa saat setelah proses memasak selesai, juga dengan menu seadanya, kami sudah siap tempur melawan hawa nafsu makan yang harus dikalahkan.
Ya, kami dengan segera menyiapakan alat dan bahan untuk memasak. Beberapa saat setelah proses memasak selesai, juga dengan menu seadanya, kami sudah siap tempur melawan hawa nafsu makan yang harus dikalahkan.
Malam pun mulai menampakkan gelapnya, kami semua seakan merasakan keheningannya. Kami mulai menikmati indahnya bintang-bintang berpadu dengan awan berjejer nan menawan. Sembari ditemani segela kopi panas, kami semakin akrab dengan alam.
Diiringi canda dan tawa kami bersama, hawa dingin seakan tak lagi menusuk kulit kami. Malam terus berjalan, dengan tak malu-malu mata kami seperti menyentuh angka terendah alias kami mulai ngantuk. Satu per satu kami masuk ke tenda dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur.
Diiringi canda dan tawa kami bersama, hawa dingin seakan tak lagi menusuk kulit kami. Malam terus berjalan, dengan tak malu-malu mata kami seperti menyentuh angka terendah alias kami mulai ngantuk. Satu per satu kami masuk ke tenda dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur.
Puncak Gunung Sumbing, 12 Mei 2014
Pukul 0300 kami sudah terbangun. Rencana kami untuk summit dimulai. Hanya membawa perlengkapan yang dibutuhkan untuk ke puncak, kami segera meninggalkan tenda di area Pestan. Sampai di lokasi Pasar Watu, kami terus mengikuti petunjuk arah ke Puncak.
Lalu sampai di Watu Kotak, kami sudah melihat bibit matahari hadir di ufuk Timur. Jalur berbatu dan kerikil kami laluia dengan sepenuh tenaga. Sampai di pertigaan ada tulisan "Ke Puncak dan Ke Puncak Kawah", kami memutuskan untuk memilih ke arah kanan, Puncak Kawah. Sebenarnya ke kiri juga sama aja ke Puncak. Tinggal pilih aja, nggsa usah bingung, wong semuanya mengarah ke Puncak.
Lalu sampai di Watu Kotak, kami sudah melihat bibit matahari hadir di ufuk Timur. Jalur berbatu dan kerikil kami laluia dengan sepenuh tenaga. Sampai di pertigaan ada tulisan "Ke Puncak dan Ke Puncak Kawah", kami memutuskan untuk memilih ke arah kanan, Puncak Kawah. Sebenarnya ke kiri juga sama aja ke Puncak. Tinggal pilih aja, nggsa usah bingung, wong semuanya mengarah ke Puncak.
Pesona Mt. Sumbing |
Setelah berjalan selama tiga jam lebih dari tempat campatau Pestan, saya melihat pemandangan yang luar biasa indahnya. Ini adalah pesona yang sangat sangat menakjubkan. Saya dan teman-teman bisa mencapai Puncak tertinggi Gunung Sumbing. Panorama alam yang mungkin baru saya temukan selama hidup. Ini tidak bisa kita lihat setiap hari, dengan gagahnya Gunung Sindoro menampakkan keistimewaannya. Pun, dengan keberadaan sederet gunung seperti Gunung Slamet, Prau, dlsb semakin menyempurnakan ciptaan Tuhan YME.
Tim Kesebelasan Pendaki |
Tim Kesebelasan pendaki pun tak melewatkan momen indah ini dengan berfoto ria. Hampir dua jam lebih kami berada di Puncak Gunung Sumbing. Setelah itu kami mulai turun lagi ke camp dengan raut wajah yang berseri. Sesampainya di tempat camp, kami mulai memasak seperti biasanya. Dan sekitar pukul 13.00, kami begegas mengemas barang-barang untuk segera turun ke Basecamp.
Sepanjang perjalanan turun ke basecamp, kami tidak menemui kendala yang membahayakan. Dari Pestan kami butuh waktu sekitar 4-5 jam menuju basecamp. Selama di basecamp, kami pastinya kelelahan namun semua itu terbayarkan oleh semua pengalaman-pengalaman yang tak akan terlupakan sampai kapan pun. Tiadanya henti kami mengucap syukur karena pendakian ini sudah kami lewatkan dengan selamat tanpa ada halangan yang berarti.
Itinerary pendakian:
Semarang – Basecamp: 3 jam
Basecamp – Malim: 2 jam
Malim – Genus: 2 jam
Genus – Sedlupak Roto: 2 jam
Sedlupak Roto – Pestan: 15 menit
Pestan – Pasar Watu: 30 menit
Pasar Watu – Watu Kotak: 30 menit
Watu Kotak – Puncak Buntu: 1 jam
Pestan – Basecamp Sumbing via jalur lama: 4 - 5 jam
Alamat Gunung Sumbing via Garung:
Jl. Kertek - Parakan, Ds. Garung, RT. 13 / RW. 14, Butuh, Kalikajar, Butuh, Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah 56372, Indonesia
Jl. Kertek - Parakan, Ds. Garung, RT. 13 / RW. 14, Butuh, Kalikajar, Butuh, Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah 56372, Indonesia
Phone:+62 858-6861-1446
Tips:
Siapkan fisik dan mental sebelum naik gunung.
Cek ketersediaan perlengkapan dan peralatan, harus lengkap.
Cari bulan yang pas untuk mendaki, hindari musim hujan kalau bisa.
Patuhi norma-norma pendakian.
Berdoa sebelum pendakian.
Bawa turun sampahmu.
Jangan lupa bawa kamera, biar tetep eksis di media sosial. Hehe
Siapkan fisik dan mental sebelum naik gunung.
Cek ketersediaan perlengkapan dan peralatan, harus lengkap.
Cari bulan yang pas untuk mendaki, hindari musim hujan kalau bisa.
Patuhi norma-norma pendakian.
Berdoa sebelum pendakian.
Bawa turun sampahmu.
Jangan lupa bawa kamera, biar tetep eksis di media sosial. Hehe
Silahkan
kunjungi juga cerita-cerita di Perjalanan imi ke berbagai Gunung dan Juga Curug disini
dan disini.
See you on the next adventures and thanks you for reading...
Karena sepi terdapat banyak inspirasi
Salam Lestari !!!
Tim Kesebelasan Pendaki
Kerenn k, camp di pestan sudah diatas Awan yh, jadi pingin dh melakukan pendakian gunung sumbing via garung , Kaka kapan kegunung sumbing lagi, KLO ada niat kesana aku ikutt donk.
ReplyDeleteMakasih...
DeleteIya kalau lagi beruntung dipestan udah ada lautan awan pas menjelang magrib...
Duh, kk udah 2x ke sumbing..hehehe
Ke yg lain aja gmn?hihi