Gunung ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 MDPL. Gunung Ciremai identik dengan salah satu Sunan Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat yakni Sunan Gunung Jati.
Gunung Ciremai dipercaya memiliki berbagai misteri dan mitos di dalamnya. Bagi yang percaya tentang hal-hal tersebut, Gunung Ciremai adalah salah satu tempat yang terkenal dengan aura kemistisannya.
Cuma saya disini tidak akan menceritakan tentang hal-hal seperti itu. Saya cuma mau bercerita tentang sebuah perjalanan yang berhubungan dengan hobi saya yakni naik-turun gunung, jadi Gunung Ciremai adalah target selanjutnya untuk didaki.
Tujuan saya mendaki bukan untuk mencari hal-hal ghaib ataupun uji nyali disana, saya cuma mau melakukan pendakian ke atap Jawa Barat. So, ikuti saja Perjalanan imi untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia di Gunung tertinggi di Jawa Barat.
Secara administratif, Gunung Ciremai meliputi Kabupaten Cirebon, Kuningan dan Majalengka. Jalur pendakian yang paling terkenal ada tiga yaitu Jalur Palutungan (Kuningan), Jalur Linggarjati (Cirebon) dan Jalur Apuy (Majalengka).
Saya disini bersama dua teman sebut saja Walled dan Nded berencana untuk menuju kesana. Setelah menimbang dari berbagai sumber informasi, akhirnya kami memilih Jalur pendakian Palutungan-Kuningan.
Kenapa? karena Jalur Palutungan termasuk jalur pendakian favorit bagi para pendaki, terus jalur Palutungan juga masih terbilang dekat dengan tempat tinggal kami bertiga.
Kenapa? karena Jalur Palutungan termasuk jalur pendakian favorit bagi para pendaki, terus jalur Palutungan juga masih terbilang dekat dengan tempat tinggal kami bertiga.
Oia, kami bertiga menuju Palutungan menggunakan kendaraan pribadi alias motoran. Satu lagi, asal kami dari Brebes Selatan-Jawa Tengah dengan ciri khas kami yaitu bisa bahasa sunda, lancar lagi. Lanjut ke bawah...
As we know, mendaki gunung adalah kegiatan di alam bebas yang penuh risiko. Jadi, kami bertiga harus melakukan berbagai persiapan agar sukses dalam pendakian kali ini. Berbagai persiapan seperti cek fisik dan mental, perlengkapan, peralatan, kondisi kendaraan, dan jangan lupa cek isi dompet barangkali bertambah secara tiba-tiba, hehe. Tak lupa ijin ke orangtua yang paling penting.
Kenapa penting? Sebab restu orangtua akan memuluskan jalan kita menuju suatu tujuan. Hayoh ngaku yang suka mendaki gunung, apakah kalian sudah dapet ijin dari orangtua apa belum? Saya wajibkan kalian harus ijin dulu ke orangtua. Kalau kami bertiga beruntung sekali sebab orangtua selalu mengijinkan dan mendukung dengan hobi (mahal) ini.
15 Agustus 2016
Lanjut..setelah persiapan selesai, sore harinya Saya, Walled dan Nded langsung menuju basecamp Palutungan Gunung Ciremai. Kami membawa tiga tas yang berukuran 80 Lt, 70 Lt dan satu daypack.
Selama perjalanan ke basecamp, kami menggilas aspal hitam dengan motor kami pada jalanan yang penuh dengan tikungan, tanjakan, turunan dan juga lurusan.
Selama perjalanan ke basecamp, kami menggilas aspal hitam dengan motor kami pada jalanan yang penuh dengan tikungan, tanjakan, turunan dan juga lurusan.
Pada beberapa spot juga kami berhenti sejenak untuk istirahat, terutama pada tugu perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat yang ada di Kecamatan Banjarharjo.
Pernah dengar pepatah ini “Perjalanan tidak selamanya mulus”. Saat sudah nyampe di Kabupaten Kuningan, kami dihadang oleh segerombolan air yang turun dari langit alias hujan.
Beberapa orang mengganggap hujan itu sebagai penghambat perjalanan. Namun bagi kami berbeda, karena hujan itu adalah suatu anugerah bukan penghambat apalagi sampai menyebut pembawa sial.
Beberapa orang mengganggap hujan itu sebagai penghambat perjalanan. Namun bagi kami berbeda, karena hujan itu adalah suatu anugerah bukan penghambat apalagi sampai menyebut pembawa sial.
Saya berpikir hujan adalah satu semangat yang membasahi tubuh ini untuk memuluskan perjalanan menuju basecamp Palutungan. Sembari hujan-hujanan, saya sematkan nyanyian-nyanyian sebagai penghibur dikala menunggang si kuda besi.
Malam sekitar pukul 19.00 kami bertiga sudah berada di tengah Kabupaten Kuningan. Ini adalah pertama kali saya menyambangi Kabupaten Kuningan. Saya cukup kagum dengan penataan kota disini, juga hiasan lampu-lampu semakin menambah gemerlapnya kota. Mulai terlihat juga besarnya Gunung Ciremai di sebelah barat, lalu kami pasang lampu sen ke kiri dan berhenti sejenak di sebuah gubuk modern yang menyediakan semua kebutuhan sehari-hari.
Dengan sekali dorongan helm yang saya pakai sudah lepas dari kepala, lalu beranjak melangkah masuk menuju gubuk modern ini. Saya disambut oleh udara Ac nya sangat menyengat kulit diselingi oleh seorang penjaga gubug modern yang punya ciri khas dalam penyambutan pada setiap tamu yang datang.
Disini saya membeli tambahan logistik. Tak lupa, kami mengisi perut di luar gubuk modern ini. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan menuju Basecamp, tentunya dengan bertanya pada orang-orang sebab kami tak tahu arah jalan ke basecamp.
Lalu kami mulai memasuki kawasan pedesaan dan sepi, sangat berbeda saat kami berada kawasan diperkotaan Kabupaten Kuningan tadi. Sepanjang jalan kami dihadang oleh cuaca yang semakin dingin dan kabut yang mulai menghalangi jarak pandang dalam berkendara.
Lalu kami mulai memasuki kawasan pedesaan dan sepi, sangat berbeda saat kami berada kawasan diperkotaan Kabupaten Kuningan tadi. Sepanjang jalan kami dihadang oleh cuaca yang semakin dingin dan kabut yang mulai menghalangi jarak pandang dalam berkendara.
Pada malam hari sekitar pukul 20.30 kami sudah sampai di basecamp Palutungan. Dibutuhkan waktu selama 4 jam lebih ditambah nyasar-nyasar dan istirahat untuk sampai di Basecamp Palutungan-Kuningan. Aura pendakian sudah tampak, itu terlihat dari ramainya orang-orang yang sedang hilir-mudik membawa tas gede ataupun warga sekitar yang sedang berlalu-lalang dengan berbagai urusan.
Lalu motor kami diarahkan oleh si mamang (om) pengatur parkir untuk menuju tempat singgasana para motor berada. Lalu kami melakukan pendaptaran simaksi di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Jangan kaget, sebab kami sudah mengetahui bahwa Gunung Ciremai ini merupakan salah satu gunung yang cukup mahal soal biaya simaksi. Lima puluh ribu rupiah (Rp. 50.000,00) biaya untuk menebus Surat Ijin Memasuki Kawasan Konservasi (Simaksi) Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Untuk biaya parkir per motor lima belas ribu rupiah (Rp. 15.000,00).
Lupakan tentang biaya Simaksi nya, lalu kami menuju tempat peristirahatan para pendaki disini. Kami mendapatkan tempat yang cukup kotor, berukuran sekitar 8x8 meter. Itupun kami harus berbagi dengan angin malam yang bebas keluar-masuk.
Di basecamp saya bertemu dengan muka-muka kelelahan dari samping tempat kami berleha-leha. Sudah saya duga, mereka habis menyelesaikan pendakian dan sedang asik menata barang bawaanya sembari bercengkrama bersama. Kemudian saya bentangkan matras sebagai alas untuk tidur.
Basecamp Palutungan-Kuningan, 16 Agustus 2016
Pagi ini sangat dingin, saya mulai membuka mata. Lalu bergegas menuju sumber air untuk membasuh muka. Setelah ritual pagi beres, kami beranjak dari basecamp untuk mengisi perut di warung sekitar. Saya tidak memesan kopi tapi segelas teh panas saja. Hanya 30 menit kami menikmati hidangan yang ada di warung. Hujan mulai datang namun itu tak menyurutkan semangat untuk memulai pendakian ini.
Dengan menyebut doa yang kami panjatkan, pendakian ke Gunung Ciremai siap dituntaskan. Tampak beberapa grup pendaki lain sedang menapaki jalur Palutungan juga. Kami melewati pemukiman penduduk, persawahan, atau pun perkebunan sayur yang cukup membawa aroma pedesaan.
Trek masih cukup landai, namun berhubung habis hujan, jadi pas melewati pematang sawah jalurnya becek. Sampailah diujung perbatasan menuju hutan Gunung Ciremai. Disini saya melihat ada shelter, langsung saya, Walled dan Nden istirahat sejenak. Disini juga terdapat sumber air yang mengalir tanpa henti. Maka ngga usah bingung kehabisan air di jalur pendakian Palutungan.
Selanjutnya kami akan memasuki hutan dengan trek yang menanjak dan menyusuri lembah naik-turun. Cukup menguras tenaga namun itu bukan alasan untuk mencapai Pos 1. Memasuki gerbang Pos 1 ada pemeriksaan Simaksi, mungkin agar pendakian tertib dan taat mematuhi peraturan, selain itu untuk menghindari pendaki ilegal.
Terlihat pengunjung Gunung Ciremai ini sangat ramai, maklum besok itu hari kemerdekaan Republik Indonesia. Momen untuk merayakan kemerdekaan di Puncak Gunung menjadi hal yang ditunggu-tunggu bagi setiap pendaki termasuk kami bertiga. Sampai disini kami bertiga nyari tempat yang pas buat istirahat, namun karena tempatnya luas dan juga dapat menampung banyak tenda, jadi ngga bingung nyari spot terbaik buat mengistirahatkan badan.
Oia, disini juga terdapat beberapa warung, toilet, dan sumber air terakhir di jalur Palutungan. Butuh waktu sekitar 2 jam lebih untuk memasuki Pos 1 Cigowong.
Oia, disini juga terdapat beberapa warung, toilet, dan sumber air terakhir di jalur Palutungan. Butuh waktu sekitar 2 jam lebih untuk memasuki Pos 1 Cigowong.
Pos 1 Cigowong |
Keluar dari Pos 1 kami melewati sungai kecil untuk menuju Pos 2. Trek pendakian mulai menanjak dan masih terbilang cukup mudah. Dikelilingi hutan dengan vegetasi hutan basah, kami bertiga hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di Pos 2.
Kami hanya sebentar istirahat di Pos 2, lanjut lagi ke Pos 3. Trek masih melewati hutan yang rimbun, lumayan landai namun memutar. Berbagai jenis tumbuhan dapat dijumpai sepanjang jalur pendakian via Palutungan. Hal itu cukup menyegarkan pandangan kami dalam menapaki jalur pendakian. Butuh waktu sekitar 45 menit saja kami sudah ada di Pos 3.
Menuju Pos 4 trek bisa dibilang perjalanan cukup melelahkan karena sebagian besar didominasi trek menanjak. Tenaga kami mulai terkuras disini, sedikit-sedikit istirahat sambil menikmati cuaca yang ngga terlalu panas dan ngga terlalu dingin. waktu tempuh sekitar 1 jam untuk sampai di Pos 4.
Menuju Pos 5 kami tidak menemukan hal-hal mistis yang konon sangat kuat kalau berada di hutan Gunung Ciremai ini. sebab tujuan kami bukan mencari hal seperti itu, kami hanya penikmat alam seperti hutan, tumbuhan maupun trek pendakian, kami juga bukan penikmat alam ghaib.
Di Pos 5 bisa untuk mendirikan tenda, kapasitas sekitar 10 tenda. Kami memutuskan untuk menuju Pos selanjutnya dengan trek menanjak, tanjakan asoy. Waktu tempuh sekitar 30 menit.
Sebelum mencapai Pos 6 kami menemukan spot yang bagus buat mendirikan tenda. Kami memutuskan mendirikan tenda saja, sebab hari mulai sore dan kabut juga datang.
Butuh waktu sekitar 15 menit untuk mendirikan tenda, jadi kami langsung memasukkan barang-barang untuk ditata di dalam. Tak lupa untuk menghangatkan suasana, kami memasak air panas terus menyeduh kopi sachet, dan akhirnya kami duduk bersila sambil bercengkrama dengan nada penuh cerita.
Butuh waktu sekitar 15 menit untuk mendirikan tenda, jadi kami langsung memasukkan barang-barang untuk ditata di dalam. Tak lupa untuk menghangatkan suasana, kami memasak air panas terus menyeduh kopi sachet, dan akhirnya kami duduk bersila sambil bercengkrama dengan nada penuh cerita.
Ketika malam saya melihat pancaran cahaya bulan menyinari mata ini. saya lihat bulan purnama, namun yang saya lihat cuma pohon-pohon yang menjulang tinggi karena menutupi indahnya bulan purnama.
Apakah kami lelah sampai disini? Jelas sekali setelah hampir 5 jam lebih kami susah payah berjalan kaki untuk beristirahat di tenda yang berkapasitas 4/5 orang. Maka dari itu, kami memutuskan untuk tidur saja sebagai solusinya. Rencananya kami akan summit pada pagi buta.
Apakah kami lelah sampai disini? Jelas sekali setelah hampir 5 jam lebih kami susah payah berjalan kaki untuk beristirahat di tenda yang berkapasitas 4/5 orang. Maka dari itu, kami memutuskan untuk tidur saja sebagai solusinya. Rencananya kami akan summit pada pagi buta.
17 Agustus 2016
Good morning everyone. Kami sudah siap pagi ini menuju Puncak Gunung Ciremai. Saya melihat banyak cahaya lampu senter disertai dengan suara yang beragam dari pendaki lain. Menurut orang-orang yang saya temui, butuh waktu sekitar 2 atau 3 jam menuju summit. Saya hanya mendengar itu sebagai penghibur saja, sebab tujuan kami adalah menikmati perjalanan, mencapai puncak adalah bonus.
Sekitar satu jam kami berjalan kaki, lalu terlihat ada tulisan Pos 7 Sangyang Ropoh. Jalur semakin menanjak dan berbatu dihiasi pohon bunga edelweis. Tak lupa saling memberi salam kala bersimpangan dengan pendaki lainnya. Usia mereka beragam mulai dari anak kecil, remaja, muda-mudi, dewasa ataupun orangtua.
Pas nyampe di persimpangan Jalur Apuy (Majalengka), saya seperti sedang mendatangi acara konser musik. Banyak sekali para penikmat alam ini yang sedang beristirahat di tanjakan persimpangan Jalur Apuy ini. Berbagai jenis musik juga terdengar seolah ini adalah arena konser pribadi.
Lupakan ramenya dan bisingnya suara musik atau suara talkshow di persimpangan Apuy tadi. Kami bertiga lanjut berjalan saja, lalu tiba-tiba kami melihat spot bagus untuk berfoto, dimana pohon bunga edelweis banyak sekali seperti diperkebunan teh. Tidak lupa saya mengabadikan momen langka ini. Lokasi tepatnya di dekat Goa Walet.
Lanjut lagi menuju Puncak. Trek menanjak dan berbatu masih menjadi sarapan pagi ini dan matahari mulai menampakkan sinarnya. Saya heran kenapa momen kemerdekaan ini banyak sekali pendaki yang merayakan di atas gunung. Sampai saya harus antri untuk menginjak langkah kaki selanjutnya. Aneh memang aneh, aura pendakian ke gunung mengalahkan aura mistis Gunung Ciremai.
Empat puluh delapan (48) menit kemudian kami sudah menyentuh tanah tertinggi di Jawa Barat. Saya heran tanah ini kenapa banyak sekali yang menginjaknya. Pendaki semakin membludak saat ada suara nyanyian lagu nasional “Indonesia Raya” sedang dikumandangkan.
Saya langsung menuju arah nyanyian itu dan menyanyikannya dengan penuh khidmat. Bendera merah putih pun menuju tempat istimewa di tiang paling tinggi di Gunung Ciremai. Upacara kemerdekaan berlangsung di atap Jawa Barat.
Pukul 07.30 pagi kami ikut upacara kemerdekaan. Bagi saya, ini adalah kali kedua merayakan hari kemerdekaan Indonesia di puncak gunung. Puncak gunung memang memberikan auranya sendiri untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Dimana cara untuk mengenang hari kemerdekaan tiap orang itu berbeda berbeda, namun tujuannya satu jua. Tahun 2015 saya juga pernah merayakan hari kemerdekaan disalah satu gunung di Pekalongan, ceritanya ada disini.
Bisa anda bayangkan bila ramenya di atap Jawa Barat aja segini, apa kabar gunung-gunung lainnya yang ada di Indonesia?
suasana puncak |
Setelah puas bermain-main di atap Jawa Barat, kami bertiga langsung menuju ke tenda lagi. Oia, momen saat memasak sepertinya belum saya tuliskan dari tadi, maka ini saatnya kami memasak. Rasa lapar yang mulai melanda semakin terobati ketika masakan sudah siap dinikmati.
Apakah anda sudah merasakan nikmatnya masakan ditengah hutan dibalut cuaca dingin dan seribu momen lainnya? Kalau belum pernah, segera rasakan sekali saja seumur hidup dan ceritakan pada orang lain.
Apakah anda sudah merasakan nikmatnya masakan ditengah hutan dibalut cuaca dingin dan seribu momen lainnya? Kalau belum pernah, segera rasakan sekali saja seumur hidup dan ceritakan pada orang lain.
Menjelang siang, kami bertiga segera berkemas untuk turun gunung menuju ke basecamp Palutungan. Tenaga masih tersisa 90 % setelah dapat asupan makanan yang sangat nikmat ketika ditenda. Singkat kata, butuh waktu sekitar 4-5 jam kami bertiga sudah sampai di basecamp. Sisa tenaga masih 50 % kami gunakan untuk menyantap lagi makanan yang disediakan di warung.
Fyi, pas kemarin kan kami membayar Simaksi 50.000 itu sudah termasuk untuk makan 1 kali di warung sekitar basecamp, itu tak kami sia-siakan untuk menyantap hidangan kala lapar menjalar.
Fyi, pas kemarin kan kami membayar Simaksi 50.000 itu sudah termasuk untuk makan 1 kali di warung sekitar basecamp, itu tak kami sia-siakan untuk menyantap hidangan kala lapar menjalar.
Menjelang sore, kami bertiga melanjutkan perjalanan menuju rumah tercinta. Kalau anda menemukan kalimat “Tujuan pendakian bukan mencapai puncak gunung tapi sampai ke rumah lagi dengan selamat”. Maka kalimat di atas benar adanya. Jadi, utamakan keselamatan bila akan, selama, atau setelah pendakian.
Selama perjalanan kami dihadang oleh sekumpulan butiran es yang berubah jadi air menimpa badan ini. yups, hujan sangat deras saat menunggangi si kuda besi. Kami langsung berhenti dan pake jas hujan atau ponco. Setalah itu kami lanjut hujan-hujan di atas motor. Pukul 22.00 malam kami tiba di basecamp rumah (saya). Butuh waktu sekitar 4 jam lebih juga untuk nyampe rumah dengan selamat. Lalu kami bertiga berpisah menuju rumah masing-masih, terus lanjut tidooor.
Ringkasan waktu pendakian Gunung Ciremai via Palutungan Kuningan:
Rumah – Basecamp 4 jam
Basecamp – Pos 1 Cigowong 2 jam 1450 mdpl
Pos 1 – Pos 2 Kuta 30 menit 1575
Pos 2 – Pos 3 Pangguyangan Badak 45 menit 1800mdpl
Pos 3 – Pos 4 Arban 1 jam 2050 mdpl
Pos 4 – Pos 5 Tanjakan Asoy 30 menit 2108
Pos 5 – Pos 6 Pasanggrahan 1 jam 2200 mdpl
Pos 6 – Pos 7 Sanghyang Ropoh 1 jam 2650 mdpl
Pos 7 – Pos 8 Goa Walet 1 jam
Pos 8 – Puncak Ciremai Majakuning 30 menit 3078 mdpl
Puncak – Basecamp Palutungan 4-5 jam
Basecamp Palutungan – Rumah 4 jam lebih
Informasi Gunung Ciremai
Nama: Gunung Ciremai
Ketinggian: 3078 mdpl
Lokasi: Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka Jawa, Provinsi Barat
Letusan terakhir: 1938
Pengelola: Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC)
Alamat: Jl. Raya Kuninga-Cirebon Km 9 No. 1 Manislor Jalaksana Kuningan, Jawa Barat 45554
Telp/fax: (0232) 613152
Emai: btn_gciremai@ymail.com
Facebook: Btn Gunung Ciremai
Youtube: Data Base TNGC
Spot alam: Hutan, Sabana Bukit, Kawah,
Sumber air: Pos Cigowong
Flora: Pinus Merkusii, Puspa, Akasia, Soro, Cemara gunung, Edelweis Jawa.
Tips
- Pilihlah hari yang bagus untuk mendaki.
- Persiapan fisik dan mental seminggu sebelum hari P (Pendakian).
- Bawa perlengkapan dan peralatan yang memadai.
- Utamakan keselamatan.
- Dirikan tenda ditempat yang pas.
- Kebersamaan akan di uji saat pendakian. Berangkat bareng, pulang bareng.
- Jangan berbicara sembarangan, sebab anda akan memasuki kawasan hutan liar. Pasti ada penghuni yang terlihat atau pun yang tak terlihat.
- Jangan lupa bawa kamera buat mengabadikan momen indah saat pendakian.
- Jangan lupa juga untuk bahagia.
- Jangan lupa baca cerita saya yang lain ke berbagai gunung disini.
Menikmati perjalanan adalah hal utama dalam sebuah pendakian. Siapa yang tidak menikmatinya maka akan sia-sia melakukan pendakian.
See you on the next adventures and thank you for reading.
Karena Sepi Terdapat Banyak Inspirasi,
Salam Lestari !!!
Imi, Nded dan Walled
Belum ada tanggapan untuk "Upacara Kemerdekaan di Gunung Ciremai"
Post a Comment